[FILM] Negeri Tanpa Telinga by Lola Amaria


Jakarta, Film "Negara Tanpa Telinga"garapan Lola Amaria akhir nya di luncurkan kemarin (11/8) di Studin XXI Epicentrum. Film ke 3 Lola ini mengangkat tentang cerita bagaimana parah nya praktek korupsi yang ada di Indonesia yang dilakukan oleh para koruptor. Banyak sindiran-sindiran kepada pelaku korupsi yang dipertontonkan di film ini




Cerita ini di awali tentang ada seorang tukang pijit bernama Naga-diperankan oleh Teuku Rifnu Wikana- yang setiap saat telinganya mendengarkan cerita-cerita politikus tentang urusan pekerjaan, proyek. Naga yang rakyat biasa melalui telinganya justru dapat mendengar banyak hal tentang perilaku para politikus. Naga dengan keluguannya selalu menasihati para pelanggan jasanya yang politikus itu agar tidak terlalu stress dalam memikirkan pekerjaanya. Akan tetapi, Naga tidak tahu bahwa di balik yang diceritakan politikus-politikus itu sebenarnya tersimpan watak keserakahan.



Yang paling saya suka adalah peran Lukman Sardi yang menggambarkan seorang politikus pelaku koerupsi daging sapi. Adegan - adegan dengan menggunakan logat2 lucu membuat para penonton menjadi terhibur. Ada juga plesetan penamaan partai-partai koruptor seperti Partai Amal Syurga. Diceritakan disini sang ketua partai Ustad Etawa (Lukman Sardi) bekerja sama dengan importir daging domba, berusaha memanipulasi uang negara untuk keuntungan partainya. Rencana tersebut disusun rapi dengan berbagai dalih.



Ada lagi partai Martobat adalah pengusung legitimasi politik di negeri itu. Piton (Ray Sahetapy) berambisi besar untuk menjadi presiden. Ada lagi namanya Joki Ringkik, teman separtainya yang mati-matian meyakinkan Piton untuk maju ke pilpres berikutnya. Disini juga di gambarkan mengenai adanya lembaga pemberantasan korupsi, kalo di dunia nyata namanya KPK. Jika di film ini namanya KAPAK hahaha....


Saat menunggu pemutaran film saya berkesempatan berbicang dengan Mas Bambang Widjojanto (Wakil Ketua KPK RI) dan Lola Amaria dan membahas mengenai bagaimana film ini memiliki efek yang baik terhadap upaya pemberantasan korupsi. Film ini laya di tonton masyarakat terutama orang dewasa.

Note setelah nonton film ini: Untuk para wanita berhati-hati dalam berpolitik agar tidak menjadi alat politik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar