Jakarta - Pada Sabtu lalu (28/01) bertepatan dengan Tahun Baru Imlek Panda Jajan berkunjung ke kawasan Petak Sembilan Glodok, Jakarta Barat, rasa penasaran saya pengen tau kegiatan apa saja yang ada saat tahun baru imlek di kawasan ini, pasti seru. Karena pae motor, sepanjang perjalanan menuju lokasi...asik banget karena sangat sepi. Bayangkan sepanjang jalan dr arah jalan Gajah Mada hingga Glodok yang biasa nya ramai, macet dan panuh kegiatan jual beli, saat itu sepi banget. Banyak toko yang tutup hanya sedikit yang masih buka. Dan enak nya lagi, suaca mendung, jadi ga panas.
Hio yang dibakar dan ditempatkan di depan pintu rumah memang menjadi keunikan khas etnis Tionghoa, termasuk di kawasan pecinan Petak Sembilan. Selain bau hio, pemandangan rumah-rumah atau ruko berdempetan juga dapat ditemui di sepanjang jalan. Apalagi, saat menyusuri pasar Petak Sembilan, walau terlihat seperti pasar pada umumnya, di kiri dan kanannya ada rumah yang terlihat seperti bangunan tua.
|
"Supir Bajaj Menunggu" |
Sampe di kawasan Glodok, saya pun parkir di dekat Gang Gloria, agar lebih mudah untuk menuju ke lokasi Petak Sembilan. Sambil menuju lokasi petak sembilan di gang menuju petak sembilan saya pun mneikmati suasan yang tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa penjual (non tionghoa) saja yang jualan. Sambil memfoto beberapa moment saya menyusuri gang itu sambil menuju lokasi.
|
"Jualan & Makan" |
|
"Mengupas kacang" |
|
Salah satu jalan menuju Vihara Petak Sembilan |
Saat memasuki pintu masuk vihara Petak Sembilan, sudah terlihat ratusan warga Tionghoa memadati tiga bagian Vihara Dharma Bakti di Glodok. Mereka beribadah dan berdoa bersama dalam cuaca hujan serta awan kelabu menggelayuti langit Jakarta. Mereka melakukan berbagai persiapan dan persembahyangan Imlek yang jatuh hari ini, Sabtu, 28 Januari 2017.
|
"Pemburu Ang Pao" |
Selain diramaikan warga Tiong Hoa yang sedang menajalankan ibadahnya, lokasi vihara ini diramaikan juga dengan para pemburu ang pao yang biasa setiap imlek megharapkan berkah dari sumbangan alias angpao. Sempat berbicara dengan salah satu pengurus vihara, untuk tahun ini seperti nya angpao tidak sebagus tahun lalu.
|
Warga membakar dupa |
|
Seorang warga bersiap untuk melepas burung sebagai simbol membuang nasib buruk |
Warna merah pun mendominasi jalanan menuju vihara Petak Sembilan, hingga keempat bangunan wihara itu. Sementara itu, di dalam wihara ada lilin-lilin raksasa berwarna merah bertuliskan huruf China yang menyala. Warga Tionghoa punya tradisi melepas burung pipit pada saat perayaan tahun baru China atau Imlek. Sebab, menurut mereka burung pipit tersebut memiliki makna dalam perayaan Imlek yakni memohon ampunan kepada yang kuasa.
Dari keempat wihara tersebut, yang paling terlihat tua adalah Vihara Kim Tek Le atau dewa penolong. Posisi bangunan yang juga dikenal dengan nama Jin De Yuan ini ada di paling kanan dari pintu masuk utama.
Masyarakat Tionghoa juga percaya bahwa keberuntungan akan datang pada awal yang baik di awal tahun. Masyarakat Tionghoa zaman dulu memiliki tradisi tersendiri dalam merayakan Imlek, seperti memulai bercocok tanam pada awal tahun dan berharap hasil panen yang melimpah. Tetapi, seiring berkembangnya zaman, masyarakat Tionghoa saat ini merayakan tahun baru sebagai awal tahun untuk berbisnis dan berharap mendapatkan keuntungan serta kesuksesan di berbagai bidang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar