[Jakarta Spot] Pelabuhan Sunda Kelapa & Kehidupannya



Pelabuhan Sunda Kelapa sebuah spot wisata pelabuhan di Jakarta yang sudah mendunia. Menurut sejarah pelabuhan Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan tertua yang ada di Indonesia dan merupakan cikal bakal terbentuknya kota Jakarta. Menurut sejarah pelabuhan Sunda Kelapa sejatinya sudah ada sejak abad ke-5 dan merupakan pelabuhan yang berada dibawah kepemilikan Kerajaan Tarumanegara.Namun pada abad ke-12 berpindah tangan menjadi milik Kerajaan Sunda.
Galangan Kota Tua

VOC Galangan

Selain pedagang-pedagang dari berbagai daerah di Nusantara yang melakukan kegiatan perdagangan di pelabuhan ini,tak jarang pedagang – pedagang asing dari negeri luar seperti Tiongkok,Arab,India,Inggris dan Portugis.Bangsa Portugis bahkan membangun relasi dengan Kerajaan Sunda hingga diizinkan membuat kantor dagang di sekitar pelabuhan.


Museum Kota Tua


Bisa terbayang oleh saya yang namanya komplek bisnis pelabuhan Sunda Kelapa itu sampai sebesar apa jaman dahulu kala. hingga ke kawasan Kota Tua dan komplek istana negara yang pada jaman Belanda dulu juga dipakai sebagai pusat pemerintahan Belanda.


Ibu pedagang ikan manawarkan dagangan nya di dalam ember

Saya tidak akan panjang lebar membahas mengenai sejarah tentang pelabuhan Sunda Kelapa. Saya ingin bercerita tentang kehebohan saya yang baru pertama kali menginjakan kaki dan melihat kehidupan di pelabuhan yang hits ini. Bagi kalangan fotografer, tempat ini banyak menyajikan potret kehidupan.



Kehidupan di Jakarta selalu dihantui yang namanya kemacetan, minggu pagi saya yakin ini waktu yang tepat untuk pergi ke pelabuhan ini. Bersama teman saya @imajibebas sama-sama baru pertama kali kesini. Dengan menempuh perjalanan tidak sampai 1 jam, melewati jalan sudirman, Thamrin, Gajah Mada hingga melewati kawasab Kota Tua, pk 08.00 akhir nya kita sampai di lokasi.



Hmmmfffff kehidupan Minggu pagi yang bersahaja di Pelabuhan Sunda Kelapa...sebuah kehidupan yang jarang saya lihat sehari-hari...

Orang-orang sekitar pelabuhan sunda kelapa ini mayoritas bekerja sebagai tenaga kasar pada berbagai bisnis transportasi dan pengiriman barang. mulai dari peti kemas hingga penjual ikan ada disini, tidak terkecuali kuli angkut yang menjadi faktor penting di pelabuhan ini. 



Pada ujung awal saya memulai menelusuri pelabuhan ini ternyata ada jasa"water taxi' ditawarkan ke saya  untuk keliling kampung nelayan dengan harga Rp 50,000 per orang sekali jalan. Salah satu pengusaha kapal sewaan disini adalah Pak Soleh seorang perantau asal Makasar ini sudah hampir 10 tahun menjalani usaha ini, kadang kalo lagi dibutuhkan dia menjadi buruh kasar.

Santai dulu

Berhubung sudah cukup siang, maka dengan berat hati saya pun terpaksa skip tawaran Pak Soleh yang menawarkan jasa nya untuk mengantar keliling kampung nelayan. Cukup seru mendengarkan Pak Soleh cerita selama ini menjadi "pengusaha" sewa menyewa kapal ini.

Pak Soleh pemilik kapal sewaan
Sambil mengisap rokok nya pak Soleh pun dengan senyum ramah nya membiarkan saya kembali berkeliling pelabuhan......"nanti kalo kesini lagi saya cari pak soleh ya, untuk keliling kampung nelayan" ujar saya sambil mohon pamit beranjak dari hadapan nya.

Dari kejauhan sudah tampak moncong-moncong kapal pinisi yang bersandar rapi di pelabuhan ini. Karena ini hari minggu, banyak kapal yang awak nya libur. Saya lihat hanya ada satu dua kapal yang sedang bongkar muat semen ke truk pengangkut. 



Hal pertama yang ditawarkan kepada saya da teman saya adalah naik kapal kecil untuk mengelilingi kampung nelayan yang ada disekitar pelabuhan dengan membayar 

Yang bikin saya heran adalah bagaimana kapal Pinisi yang begitu besar nya bisa terparkir rapih dan satu dengan yang lain mepet tanpa tersentuh. Padahal jarah pandang dr geladak kapal ke pinggir pelabuhan lumayan jauh "emang ada tukang parkir nya yah?" ...hahaha ga penting banget penasaran saya. 



Tau ga yang rame kalo hari Minggu gini di pelabuhan ini adalah ojeg sepeda yang mondar mandir mengantarkan penumpangnya keluar masuk lokasi pelabuhan. Kadang miris juga melihat bapak-bapak ini sudah renta tapi masih semangat menggayuh sepedah nya. Sepedah model ontel ini setau saya lumayan berat, apalagi ada penumpang nya. Sambil memainkan kamera, saya mencoba mengabadikan pemandangan ini.

Ojeg sepedah mengantar pelanggan
"Betapa keras perjuangan hidup di pelabuhan ini" pikir saya. Membuat saya segan mondar mandir di pelabuhan ini dengan menenteng kamera yang mungkin bagi mereka merupakan barang yang sangat mewah. Tp ini membuat saya semakin bersyukur dengan apapun yang saya miliki saat ini.

Masih ada kerjaan mindahin barang

Selama berjalan di pinggiran pelabuhan memang aroma laut bercampur dengan aroma oli kapal dan sedikit limbah masih tercium tipis, mungkin karena pagi udara masih belum "semerbak" kalo siang, karena panas mungkin akan semakin sengit aroma nya. Dan saya melihat ada bapak-bapak yang dengan gigih nya mengangkut sampah dari pinggi pelabuhan. Dengan tubuh renta nya, dia membungkuk dan mengangkat sampah hanya dengan bermodalkan jaring yang diikat dikayu. Entah berapa rupiah beliau ini dibayar untuk melakukan pekerjaan itu...saya tidak tega untuk menggangu nya yang sedang bekerja. Semoga bapak ini selalu diberikan perlindungan Tuhan


Membersihkan sampah dipelabuhan dengan peralatan seadanya

Kalo pelabuhan nya sih lumayan bersih lah, tapi laut nya perlu ada treatment yang serius. Tidak hanya sekedar mengambil sampah saja, tapi pencemaran nya sudah parah. Ga heran kalo ada peringatan tetang bahaya membeli ikan yang ditangkap di laut sekitar Jakarta ini.




Keindahan pelabuhan ini berbalut keras nya kehidupan disekitar nya membuat saya semakin menghargai kehidupan saat ini. Tidak terasa sudah 2 jam saya mondar mandir di pelabuhan ini, dan saya pun kembali dengan rasa puas, karena rasa penasaran saya dan keinginan saya mengambil gambar di pelabuhan ini sudah terwujud. 

Semoga pemerintah DKI bisa membawa perubahan yang besar di pelabuhan ini....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar