ENTREPREUNEURSHIP: Tojiri Anak Garut Yang Sukses Bisnis Penyamakan Kulit

Tojiri bersama alat buatan & produk nya
Di Kabupaten Garut, Jawa Barat, sedikitnya ada sekitar 400 usaha penyamakan kulit yang biasa digunakan sebagai bahan baku jaket, sepatu tas dan aksesori lain yang melekat di tubuh. Namun, tak ada yang seinovatif Mochammad Yusuf Tojiri, 46 tahun.Sejak tahun 1992, Mochammad Yusuf Tojiri mulai usaha Endies Leather Company yang biasa disingkat Elco. Awalnya, Tojiri seorang sarjana agama disekolahkan ibunya supaya bisa menjadi guru. Padahal, keluarga nya berkecimpung dalam usaha penyamakan kulit sejak turun-temurun..

Tojiri mengamati, usaha penyamakan kulit yang dikelola keluarganya tidak mengalami perkembangan.Hasilnya, ia memutuskan untuk belajar, dengan mengikuti berbagai pelatihan penyamakan yang diadakan Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta. “Mulai kelihatan sejak saya mengikuti berbagai pelatihan kulit dari Balai Besar Kulit, karet dan Plastik Yogyakarta. Dari situ, saya tahu ramuan yang pas, misalnya untuk ketebalan kulit untuk jaket, sarungtangan dan assesoris lainnya,” ucap dia, saat ditemui di Kawasan Industri Penyamakan Kulit, Sukaregang, Garut, Jawa Barat, pekanlalu.

Hebat nya Elco juga memiliki 5 counter di Bali, 1 counter di Tanggul Angin Sidoarjo dan 3 counter di Garut (2 toko di Jalan Ahmad Yani). Kedua toko Endies di Jalan Ahmad Yani menjadi salah satu pemasok toko-toko kerajinan kulit, bahkan banyak pelanggan industri kerajinan kulit yang berasal dari Bandung dan sekitarnya.




Usaha penyamakan kulit merupakan usaha penyediaan bahan baku garmen seperti jaket, sepatu, sarung tangan dan segala assesoris yang melekat di tubuh dari bahan kulit Sapi, Kambing dan Domba. Penyamakan kulit disebut juga industry hulu, sebab, pembuatannya hingga menjadi barang siap pakai dikelola orang kedua atau kerap disebut sebagai bagian hilir. Mengolah kulit menjadi jaket misalnya, sepanjang bahan baku kulit tetap tersedia,pengrajin dalam hal ini, tukang jahit cukup enteng mengolahnya menjadi bahan siap pakai. Dan pesanan tak pernah berhenti. Perbandingannya, pasar domestic untuk garmen dari bahan kulit tetap tersedia 70%. Sementara dari total itu, Elco mengambil pasar 30%. Bahkan, pesanan dari luar negeri kerap datang, terutama dari usaha BapakTojiri. “Jujur saja, saya kewalahan. Dan tidak berani memasok kepastian bahan bakunya. Misalnya, dari Amerika untuk merek Timberland pernah meminta saya memasok kulit, namun saat ini masih saya tolak karena pesanan local saja kadang masih kewalahan,” ujar dia. .

Proses pewarnaan kulit


Proses produksi dan penjualan jaket kulit (Based on Order). Proses produksi jaket dimulai dari pengadaan bahan (kulit jadi) untuk jaket yang dibuat sendiri oleh Elco, kemudian dibuatkan ukuran dan pola sesuai dengan permintaan pasar, kulit dipotong sesuai dengan ukuran dan pola, kulit yang sudah dipotong kemudian dijahit. Pembuatan jaket pada saat ini masih dilakukan dengan cara makloon pada penjahit (tailor) yang sudah menjadi mitra usaha. Kulit hasil jahitan kemudian di kirim kepada konsumen atau dipajang di show room. Proses produksi processing kulit (Main Products). Elco juga saat ini merupakan perusahaan industri yang mengolah bahan mentah (raw material) menjadi barang jadi (finishing goods), bahan mentah yang diolah berupa kulit mentah yang berasal dari domba, kambing dan sapi. Bahan mentah ini didatangkan dari berbagai daerah yang umumnya berasal dari Jawa Barat.

Proses pengeringan kulit yang telah diberi warna

Adapun tahapan produksi penyamakan kulit ini mencakup : • Proses soaking, tujuannya untuk membersihkan kulit dari kotoran dan mengembalikan kondisi kulit seperti kulit segar yang baru ditanggalkan dari hewan. • Proses selanjutnya adalah limming untuk merontokan bulu sampai bersih. • Kemudian kulit di-fleshing, untuk menghilangkan bagian subcutis dan lemak serta daging yang masih menempel pada kulit bagian bawah. Selanjutnya di-pickle agar kulit berada pada kondisi asam. • Proses tanning agar kulit menjadi lebih tahan terhadap perubahan kimia dan fisika sehingga kulit tidak busuk dan tidak mudah rusak. • Selanjutnya samying dilakukan agar kulit tidak terlalu basah setelah proses tanning, sehingga bisa langsung di-shaving. • Shaving adalah proses untuk menentukan ukuran ketebalan kulit sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen, serta untuk meratakan bagian bawah kulit. Proses dyeing untuk memberikan warna dasar pada kulit sesuai dengan pesanan. • Finishing.

“Jujur saja, saya kewalahan. Dan tidak berani memasok kepastian bahan bakunya. Misalnya, dari Amerika untuk merek Timberland pernah meminta saya memasok kulit, namun saat ini masih saya tolak karena pesanan local saja kadang masih kewalahan,” ujar dia. Usaha Elco, cukup dikenal kualitasnya, sebab, bahan kulit yang disediakan terbilang rapi dalam hal ketebalan dan olah kulit. Selain itu, dari berbagai macam warna, Elco punya variasi warna kulit yang tidak dimiliki oleh usaha penyamakan kulit lainnya.

Kelebihanlainnya, ialah, Pak Tojiri berani melakukan inovasi dengan membuat sarung tangan dari bahan kulit yang sampai saat ini kerap diminta kalangan pemasok sarungtangan golf maupun permainan baseball. “Barang kali karena saya melihat pasar, sehingga banyak industry besar melirik kesaya. Namun, sampai saat beberapa masih saya masih tahan dulu, karena pesanan juga masih menumpuk,” ujar dia. Bisa dibilang usaha Pak Tojiri merupakan salah satu usaha penyamakan kulit terbesar di Garut, Jawa Barat.

Usaha yang ia kelolah dimulai dengan pinjaman dari Lembaga Permodalan PT Sarana Jabar Ventura, dengan modal awal ratusan juta rupiah dan kini berkembang dengan jumlah omset miliaran rupiah. Dalam rangka mengembangkan usahanya, Pak Tojiri memanfaatkan keluarganya. Beberapa di antaranya direkrut sebagai supplier bahan baku kulit dan pengrajin di gerai miliknya.

Saat ini, Pak Tojiri memiliki jumlah karyawan sekitar 200 orang dengan laba bersih mencapai Rp120 juta sebulan. Pak Tojiri juga memiliki 12 gerai yang menjual jaket kulit. Gerai-gerai itu tersebar hingga kePulau Dewata, Bali. Di Bali Tojiri memiliki 5 gerai toko, sisanya berada di Yogyakarta, Surabaya dan Garut.

Sebagai seorang pengusaha yang sederhana, Pak Tojiri bahkan rela menyewakan tujuh buah gerainya kepada masyarakat-masyarakat pengrajin di mana Pak Tojiri tinggal memasok bahan kulit untuk kemudian diolah oleh pengrajin tersebut. Rata-rata produksi Elco saat ini bisa mencapai 120 ribu square meter kulit dari bahan kulit Domba, Sapi, maupun Kambing. Tojiri berharap bisa mencapai produksi hingga 200 ribu meter square.


Pada finishing ini kulit dikerjakan sedemikian rupa sehingga tampilan kulit jadi (leather) sesuai dengan keinginan konsumen. Setelah lembaran-lembaran kulit tersebut selesai diproses kemudian dikirimkan ke counter untuk dijual ke leather tailor dan perusahaan-perusahaan leather garment lainnya. Kulit reject dibuat menjadi produk jadi seperti jaket, tas, sabuk dompet dan barang lainnya yang kemudian dipajang di show room produk jadi. Hasil produksi Elco untuk kulit garmen dijual ke Bali dan untuk kulit sarung tangan dijual ke Bekasi dan Jogja. Semua proses produksi dilakukan sendiri oleh Elco, karena pada saat ini perusahaan telah memiliki seluruh mesin yang diperlukan. Saat ini Elco baru dapat memanfaatkan 30% dari kapasitas terpasang, sehingga masih ada idle capacity sebesar 70% per bulan.

Masalah Bahan Baku dan Limbah Jadi Persoalan 
Usaha penyamakan kulit di Garut, Jawa Barat saat ini masih memiliki permasalahan yang sama. Selain bahan baku, limbah buangan juga menjadi persoalan. Disebutkan Pak Tojiri, dibutuhkan sekitar Rp5 miliar untuk mengolah limbah buangan penyamakan kulit di sentra Usaha Penyamakan Kulit, Sukaregang, Garut. Pengurus Asosiasi Penyamakan Kulit, Garut, Jawa Barat, Sukendar mengatakan, pemerintah perlu memperhatikan masalah tersebut.

Alasannya, jika limbah tidak dikelola, pemilik usaha penyamakan akan ikut terkena imbasnya. “Hingga kini kami berusaha meminta pemerintah, terutama pemerintah daerah untuk membuat pusat pembuangan limbah,” kata dia. Di sisi lain, Mochammad Tojiri mengatakan, usaha semi pabrikan kulit sebenarnya bisa membuat pusat pembuangan limbah sendiri. Namun, kata dia, dana yang dibutuhkan juga cukup besar. Dia mengaku, sedang bermitra dengan pihak Universitas, terutama dari Universitas Islam Bandung dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan limbah buangan kulit.

Saya bersama Pak Tojiri...biar tertular jadi wirausahawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar